Tujuan atau purpose membuat kita memiliki arah yang jelas di masa depan. Namun memiliki tujuan saja tidaklah cukup. Para eksekutif berkinerja tinggi berkomitmen terhadap pencapaian tujuan dengan fokus pada prioritas dalam setiap aktivitasnya. Prioritas membantu kita untuk lebih fokus dalam mencapai berbagai tujuan. Tanpa prioritas yang jelas kita akan terjebak melakukan banyak hal dalam waktu yang sebenarnya sangat terbatas.
Sebagian besar orang harus menghadapi berbagai kesibukan yang cukup padat setiap harinya. Seringkali kita mengira bahwa dengan padatnya aktivitas yang ada berarti kita telah berada di jalan yang benar untuk menuju keberhasilan. Kenyataannya, selama apa yang kita lakukan bukanlah hal-hal yang paling penting dalam kehidupan pribadi dan karir kita, maka makin banyak yang kita lakukan makin cepat kita menuju kepada kegagalan. Rutinitas tidak menjamin keberhasilan. Kita harus mempertanyakan kembali apakah hal-hal yang kita lakukan benar-benar memiliki dampak signifikan bagi upaya pencapaian tujuan kontributif. Bila rutinitas itu dipandang tidak akan menghasilkan apapun, maka sebaiknya ditinggalkan saja. Kita hanya akan menghamburkan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan memiliki korelasi dengan keberhasilan yang kita inginkan.
Pemahaman terhadap bagaimana mengelola prioritas tersebut adalah sebuah keharusan bagi eksekutif berkinerja tinggi. Pengetahuan ini memberikannya perspektif yang menyeluruh dan integral atas penggunaan waktu secara optimal oleh diri sendiri untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Dalam bahasan sebelumnya kita telah berbicara mengenai tujuan. Kita telah memahami bahwa tujuan atau niat itu harus terinternalisasi di dalam hati sehingga kita siap bekerja dengan maksimal untuk mencapainya. Maka selanjutnya yang harus dilakukan semua orang adalah fokus pada prioritasnya di dalam bekerja.
Setiap manusia memiliki waktu 24 jam sehari. Ada yang bisa memanfaatkannya dengan baik dan ada yang tidak. Di masa kini kita melihat waktu terasa begitu cepat berlalu. Setahun terasa sebulan, seminggu terasa sehari, dan sehari terasa sejam. Bila kita tidak dapat mengelola waktu secara efektif, maka akan banyak sekali waktu terbuang tanpa produktivitas yang berarti.
Berapa jam yang dihabiskan rekan-rekan kerja di kantor untuk mengobrol satu sama lain? Kebanyakan obrolan itu tidak ada kaitannya dengan kinerja. Berapa jam waktu yang dihabiskan untuk browsing atau chatting yang tidak ada kaitannya dengan performa pribadi? Berapa banyak waktu yang terbuang untuk memulai kembali jam kerja setelah istirahat? Berapa banyak waktu yang terbuang hanya untuk melakukan rutinitas harian yang tidak berkorelasi langsung dengan kinerja organisasi atau perusahaan?
Dalam 40 jam waktu seminggu yang dimiliki pekerja berapa persen yang benar-benar digunakan untuk bekerja sesuai dengan prioritas organisasi atau perusahaan? Jangan-jangan setiap harinya kita sesungguhnya hanya bekerja efektif selama tiga jam, sisanya adalah aktivitas-aktivitas tambahan atau pelarian yang sifatnya hanya memperlihatkan bahwa kita tampak sibuk namun sebenarnya tidak. Kondisi ini bila dibiarkan terus akan mengantarkan kita pada krisis produktivitas.
Waktu adalah sumberdaya terpenting yang bila telah diambil atau berakhir maka tidak bisa kita ulang atau minta kembali. Kita tidak bisa mengulang apa yang telah terlewatkan di pagi hari. Bila kita tidak mengisi waktu pagi dengan menegakkan sholat shubuh berjamaah di mesjid, maka kita belum tentu besok masih bertemu pagi dan bisa melakukannya. Hari ini bisa jadi akan menjadi hari terakhir kita di dunia ini. Kita tidak dijamin besok masih memiliki waktu. Bila kematian telah datang, maka apapun tidak bisa kita lakukan untuk menundanya. Meski kita telah menyiapkan dana satu trilyun untuk membeli waktu yang telah habis, kita tetap tidak akan bisa mendapatkannya kembali.
Manusia terbaik adalah mereka yang bersyukur atas waktu yang mereka miliki dan menggunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang paling kontributif. Mereka tidak akan melewatkan waktunya tanpa produktivitas. Mereka akan fokus pada prioritas-prioritasnya dalam bekerja dan hidup. Mereka tidak akan berleha-leha atau bermalas-malasan sementara waktu meninggalkan mereka tanpa pernah kembali.
Sangat disayangkan bila kita melihat seorang eksekutif atau eksekutif membuang-buang waktu dengan seenaknya. Mereka datang ke tempat kerja selalu dalam keadaan terlambat. Dan tidak sedikit saya melihat para direktur datang siang-siang ke kantor lalu menghilang kembali entah kemana. Tidak masalah bila mereka menghabiskan waktu untuk berkontribusi bagi organisasi atau perusahaan, saya khawatir mereka menghilang hanya sekedar bersenang-senang, mereka merasa telah sampai di puncak sukses sehingga merasa tidak perlu lagi menunjukkan performa terbaik.
Hargai dan gunakan waktu Anda dengan sebaik-baiknya. Jangan pernah membuang-buang waktu dengan hal sia-sia. Itulah aset paling berharga dalam hidup kita. Waktu lebih mahal dari apapun yang kita miliki dalam kehidupan ini. Siapa yang bisa menikmati aset lainnya bila mereka telah kehilangan waktu untuk selamanya? (Bambang Triyawan)