Anda Mendapatkan Apa yang Anda Hargai

Pemimpin mendapatkan apa yang mereka hargai dari perilaku dan kinerja timnya. Sayang sekali, tanpa sengaja atau karena ketidaktahuan pemimpin justru menghargai apa yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Ada beberapa contoh dalam praktek manajemen sehari-hari. Pemimpin ingin membangun kerjasama tim yang sangat kuat di dalam organisasi tapi justru hanya memberikan penghargaan kepada ‘karyawan nomor satu’ yang dipandang paling luar biasa kinerjanya, akhirnya semua karyawan justru bersaing secara tidak sehat di dalam perusahaan. Pemimpin ingin mendapatkan kualitas produk yang memenuhi standar terbaik tapi justru hanya terus menekankan pada hasil kuantitas produksi, sehingga karyawan hanya fokus pada kuantitas, tidak kualitas. Pemimpin selalu berbicara tentang pentingnya bekerja dan bertindak secara etis, tapi justru memberikan dukungan kepada para staf dan eksekutif yang sering menunjukkan perilaku tidak etis hanya semata-mata karena kinerja mereka dipandang luar biasa, akhirnya karyawan tidak lagi memandang pentingnya berperilaku etis dalam bekerja. Kita ingin seluruh karyawan peduli pada kepuasaan pelanggan, tapi kita tidak menghargai karyawan yang baru saja menyelesaikan keluhan pelanggan dengan sangat baik.

Pemimpin yang melihat kinerja timnya menurun atau karyawan tampak tidak memperlihatkan kinerja terbaik harus kembali mengevaluasi dan memperbaiki sistem penghargaan yang mereka terapkan. Pemimpin harus membuat daftar perilaku atau kinerja apa saja yang akan dibangun di dalam perusahaan dan menguatkan hal itu dengan penghargaan. Seringkali kita menemukan bahwa perusahaan dan pemimpin tidak benar-benar menghargai apa yang sebenarnya ingin mereka ciptakan di dalam perusahaan. Jika kita menginginkan kualitas, maka hargailah orang yang bekerja untuk menciptakan produk atau jasa berkualitas. Jika kita menginginkan karyawan menunjukkan perilaku etis, maka hargailah mereka yang selalu bekerja dengan mengedepankan etika atau moralitas yang tinggi. Jika kita ingin membangun budaya disiplin, maka hargailah mereka-mereka yang mampu bekerja secara disiplin dalam seluruh aspek pekerjaannya.

Sebenarnya prinsip penghargaan tidak rumit atau kompleks, kita juga bisa menerapkannya di rumah. Anak-anak atau pasangan hidup kita akan terus mengulang untuk melakukan apa hal-hal yang benar-benar akan dihargai di rumah. Saat anak menyetorkan hapalan Qur’an dan ia mendapatkan peluk cium dari orangtuanya, maka besar kemungkinan ia akan terus konsisten untuk menghapal. Kebanyakan orangtua bertindak sebaliknya. Mereka membiarkan anak-anak yang sedang melakukan ‘hal-hal yang benar’ dan bereaksi seperti pemadam kebakaran saat anak-anak melakukan hal yang salah. Kita bisa menguatkan perilaku benar anak-anak dengan menangkap basah mereka sedang berbuat benar dan menghargainya. Jadi jangan hanya seperti polisi yang hanya menangkap basah pelanggaran, tapi tidak pernah menghargai mereka yang disiplin di jalan raya. Tugasnya mungkin memang hanya menemukan kesalahan ya.

Keringnya penghargaan di dalam perusahaan adalah salah satu penyebab motivasi turun dan kinerja orang tidak lagi maksimal. Pemimpin adalah orang yang paling bertanggung jawab atas menurunnya kinerja. Mari kita hargai tim kita dengan sebaik-baik penghargaan. Tanpa mereka kita tidak bisa melakukan hal-hal luar biasa secara tim. Selamat bekerja dan menghargai! (Bambang Triyawan)

Facebook
Twitter
Email
Print
Bambang Triyawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *