Saat tidak diberikan umpan balik kita akan berhenti berkembang dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Umpan balik ini sangatlah penting bagi pertumbuhan kita, apalagi dalam memacu kinerja kita di masa depan.
Ada seorang eksekutif dari sebuah perusahaan BUMN yang bekerja bertahun-tahun di luar Jawa. Tak terasa 12 tahun bekerja di sana. Saat ditarik ke kantor pusat betapa kagetnya beliau, kapasitas rekan-rekan seangkatannya di kantor tersebut jauh di atas dirinya, baik secara wawasan manajemen maupun kinerja pribadi. Mengapa bisa begitu? Mereka yang bekerja di kantor pusat hampir setiap hari, bahkan setiap jam, mendapatkan umpan balik konstruktif dari atasannya, sedangkan dirinya jarang sekali mendapatkan umpan balik saat bekerja jauh dari kantor pusat.
Tidak mungkin kita dapat melakukannya segalanya secara sempurna tanpa umpan balik yang jujur dari atasan. Umpan balik mengatasi stagnansi dalam pekerjaan. Orang-orang di sekeliling kita bisa jadi melihat apa yang kita kerjakan dengan perspektif yang berbeda. Kita bisa menggunakan opini mereka untuk memperbaiki kinerja pribadi. Bila apa yang kita kerjakan menurut orang lain masih jauh dari standar yang diharapkan, maka kita tinggal menyimak dengan sungguh-sungguh saran atau masukan mereka terkait apa yang bisa kita lakukan dengan lebih cepat, lebih efisien, dan lebih efektif.
Saya masih banyak menemukan kasus dimana para eksekutif tidak menyukai umpan balik dari atasannya atau rekannya. Ini beberapa keluhannya. Mereka tidak pernah puas dengan pekerjaan saya. Mereka selalu mencari kesalahan saya agar saya dinilai tidak berkinerja baik. Mereka selalu mengkritisi keputusan saya, di mata mereka saya tidak pernah melakukan hal benar.
Untuk menerima umpan balik butuh kesiapan mental. Terutama cara pandang yang tepat terhadap umpan balik itu sendiri. Kita harus berbaik sangka pada umpan balik. Umpan balik adalah sarana untuk meningkatkan kapasitas diri. Umpan balik adalah pemicu pertumbuhan yang luar biasa. Saat kita merespons umpan balik dengan positif maka kita menjadi lebih siap untuk merubah perilaku atau kinerja. Perubahan itu dimulai dari pikiran dan hati yang terbuka.
Yakinlah, sehebat apapun seseorang bisa saja melakukan kesalahan. Sehebat apapun seseorang butuh orang lain untuk membantu mereka mencapai tujuan-tujuan besar. No bodys perfect. Umpan balik adalah realitas alami yan harus kita hadapi dalam kehidupan pribadi dan profesional kita. Kita semua membutuhkan arahan dan inspirasi dari orang lain. Arahan itu membuat kita semakin yakin untuk melangkah.
Kita tidak perlu baper atau emosional menghadapi umpan balik. Umpan balik itu meski diberikan dengan cara yang terkesan keras tetap tujuannya adalah untuk peningkatan atau improvement. Gaya orang dalam memberikan umpan balik sangat bergantung karakternya. Memang bila umpan balik itu diberikan secara lembut, tidak dengan keras, tampaknya akan lebih mudah menerimanya. Tapi berharap hal ideal semacam itu tidak akan mengubah kita. Biarlah cara pemberian umpan balik itu menjadi urusan para pemimpin atau leader di perusahaan, urusan kita adalah bagaimana menyikapi umpan balik itu secara positif dan mengambil tindakan konkrit berkaitan dengannya. Waktu bekerja untuk sebuah hotel bintang lima saya sudah terbiasa dibentak-bentak oleh pemimpin saya. Saya tidak fokus pada bentakannya, saya fokus pada pesan inti yang disampaikannya. (Bambang Triyawan)