Dalam Great at Work, Morten T.Hansen mengungkapkan satu cara untuk meningkatkan produktivitas kita dalam bekerja yaitu bekerja lebih sedikit lalu terobsesi dengan pekerjaan tersebut. Selama ini kita mungkin mengira bahwa bekerja dengan task list yang banyak dan menyelesaikan semua itu dengan baik adalah bukti bahwa kita telah produktif. Salah satu dampak dari bekerja dengan tugas yang banyak adalah pecahnya fokus dan sulitnya menghasilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi.
Dari sebuah hasil survei terhadap 5000 orang didapatkan suatu fakta bahwa penyebab gagal fokus orang dalam bekerja adalah; 38% karena lingkup pekerjaan yang luas, 24% adalah karena bos atau pimpinan yang selalu meminta bantuan lebih banyak, 21% karena godaan-godaan, dan 17% karena penyebab lainnya. Itu artinya mengurangi tugas-tugas dan berfokus pada sedikit tugas prioritas tinggi akan memberikan dampak signifikan pada produktivitas kita.
Mengurangi tugas-tugas berarti mengurangi pula kadar stres di tempat kerja. Mengurangi tugas-tugas berarti juga memangkas proses yang tidak terlalu diperlukan di dalam operasional organisasi atau perusahaan. Mengurangi tugas-tugas berarti membuat orang berfokus pada tugas-tugas yang sedikit namun memberikan dampak positif terbesar untuk keuntungan perusahaan.
Sebuah perusahaan konsultan media memutuskan untuk tidak mengambil pekerjaan dari klien yang tidak terlalu berkaitan dengan kompetensi inti mereka yaitu kemampuan dalam melakukan penelitian berbasis media. Bahkan mereka menolak kontrak senilai 250.000 dollar demi berpegang pada prinsip tersebut. Dengan keteguhan sikap itu perusahaan konsultan tersebut akhirnya satu persatu meraih kontrak yang besar dengan perusahaan-perusahaan yang memang membutuhkan kompetensi inti mereka dengan bayaran yang sangat tinggi. Prinsip “kerjakan project berupah tinggi sesuai keahlian kita” membawa perusahaan tersebut ke tingkat kinerja bisnis yang luar biasa.
Memang tidak cukup hanya berfokus untuk mengerjakan hal yang lebih sedikit, tapi obsesi untuk sukses mengerjakan hal yang sedikit itu juga perlu dibangun. Bila kita tidak cukup terobsesi untuk menghasilkan pekerjaan yang sempurna maka tidak terwujud kualitas pekerjaan yang luar biasa. Gairah kita untuk memberikan kualitas pekerjaan terbaik harus cukup tinggi. Itulah mengapa kita menolak tugas-tugas yang dipandang tidak penting. Kita ingin berkonsentrasi mengerjakan tugas-tugas prioritas tinggi dengan hasil terbaik.
Tantangan terbesar untuk melakukan hal ini adalah bagaimana berkata “tidak” kepada bos atau pimpinan kita. Tidak sekedar berkata tidak, tapi sebaiknya memberikan alasan-alasan yang kuat mengapa mereka tidak bisa lagi menambahkan beban tugas baru. Itu semua demi terlaksananya tugas-tugas prioritas yang memberikan kontribusi signifikan bagi organisasi atau perusahaan. Bila dijelaskan dengan baik tentu pimpinan kita akan memahami. (Bambang Triyawan)