Marilah kita rubah pola pikir bahwa kita ini adalah relawan, bukan karyawan. Karyawan hanya mengerjakan apa yang menjadi uraian tugasnya, relawan adalah orang yang siap mengerjakan apapun yang dibutuhkan organisasi selama ia sanggup mengerjakannya. Karyawan banyak mempertimbangkan manfaat tidaknya suatu tugas sebelum benar-benar bersedia mengerjakannya, sedangkan relawan langsung mengerjakannya tanpa berpikir dua kali. Karyawan akan menghentikan kerjanya saat orang tidak ada yang melihatnya, relawan terus bekerja tanpa henti meski tidak ada satu orangpun yang menjadi saksinya.
Organisasi tidak merasa kehilangan saat mereka yang bermentalitas karyawan mengundurkan diri dari organisasi, tapi organisasi akan sangat merasa kehilangan saat mereka yang bermentalitas relawan pergi meninggalkan organisasi, itu adalah sebuah kehilangan yang tidak mengenakkan. Bahkan pengganti-pengganti mereka belum tentu bisa mengimbangi kualitas mereka. Para relawan itu kadang nyaris tak tergantikan.
Saat kita bekerja bagaikan relawan, kita tidak menghitung lagi berapa jam kerja yang telah kita habiskan di tempat kerja. Kita juga tidak menghitung lagi berapa ide dan gagasan yang telah kita sumbangkan bagi organisasi dan berapa banyak dari ide-ide itu yang telah menghasilkan keuntungan besar bagi organisasi. Para relawan tidak akan mengatakan hal semacam ini, “Bila tidak ada saya perusahaan mungkin terus merugi dan bahkan sudah bangkrut. Untung ada saya”. Para relawan tidak menganggap dirinya sebagai pahlawan yang sangat berjasa bagi organisasi sehingga harus dihargai dan diangkat posisinya. Fokus mereka adalah terus bekerja dan berkontribusi bagi organisasi tanpa mengharapkan balasan atau pujian apapun.
Dalam sebuah program coaching di perusahaan information technology saya bertanya kepada seorang programmer yang sering pulang terakhir setelah semua karyawan pulang. “Mengapa mas tidak pulang on-time seperti yang lain? Yang lain 15 menit sebelum jam pulang sudah pada siap-siap untuk meninggalkan kantor…” Jawabannya singkat namun sangat inspiratif, “Saya bekerja di sini bukan sekedar menghabiskan waktu dan menunggu jam pulang kerja pak, saya di sini agar perusahaan semakin dipercaya sama semua kliennya. Banyak pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu sesuai deadline dari klien bila saya bisa menambah satu atau dua jam lagi untuk mengejar target progress proyek. Daripada harus saya lanjutkan besok atau dibawa ke rumah lebih baik saya selesaikan di kantor. Kalaupun saya tunda menjadi besok toh saya juga yang harus mengerjakannya.” Di dalam diri programmer ini ada jiwa relawan. Saya yakin ia adalah salah satu programmer kebanggaan perusahaannya.
Di zaman dimana segalanya diukur dengan materi, menjadi relawan ini memang tidak mudah, dibutuhkan keikhlasan yang kuat. Bila niat kita memang sudah ikhlas tidak sulit untuk melakukannya. Saya yakin organisasi yang berpotensi meraih kesuksesan jangka panjang adalah karena memiliki banyak profesional berjiwa relawan di dalamnya. Saya juga yakin bahwa mereka yang akan punya karir hebat di masa depan adalah mereka yang memiliki jiwa relawan. Para relawan di organisasi pastilah orang-orang yang memiliki tujuan besar dan mulia dalam karirnya. Mereka tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi di dalam organisasi, bahkan budaya kerja rendah yang menyelimuti organisasi tidak memengaruhi motivasi mereka dalam berkontribusi bagi organisasi. Mereka tetap berpegang teguh dengan prinsipnya dan terus bekerja dengan komitmen tinggi. (Bambang Triyawan)