Setiap organisasi pasti akan mengalami masa-masa sulit di dalam perjalanannya. Entah karena kondisi makro eksternal atau karena masalah internal yang terjadi dalam waktu yang panjang. Ini adalah tantangan bagi setiap pemimpin untuk menguraikan benang kusut di organisasi mereka. Pemimpin harus bisa menemukan solusi atas seluruh masalah kinerja di dalam organisasi atau perusahaannya.
Dalam sepuluh tahun terakhir melaksanakan program coaching untuk klien, kami menemukan ada empat area utama organisasi yang seringkali menjadi sumber masalah penyebab krisis di dalam organisasi atau perusahaan.
Pertama, area keuangan. Krisis di area keuangan seringkali disebabkan karena kesalahan dalam mengelola keuangan yang menyebabkan operasional tidak terbiayai dengan baik dan macetnya pembayaran kewajiban perusahaan. Tidak sedikit pemimpin (pengusaha) yang kurang disiplin dalam menggunakan sumber daya keuangannya. Misalnya mengambil dana operasional perusahaan untuk membeli aset pribadi atau berinvestasi di bisnis baru. Seharusnya mereka melakukan itu dengan ‘uang dingin’ atau profit dari bisnisnya. Apalagi jika mengambil dana perusahaan secara bebas tanpa pembatasan dan disiplin tentu akan membuat cadangan kas perusahaan terkuras habis. Selain pengelolaan keuangan yang buruk, riba juga bisa penyebab krisis keuangan, bahkan penyebab krisis yang terbesar. Pemimpin atau pengusaha harus meninggalkan konsep riba secara total jika menginginkan keberkahan dalam bisnisnya.
Kedua, area pemasaran. Tentu saat jumlah pelanggan yang menurun akan berdampak pada penjualan yang juga menurun. Penjualan menurun akan berdampak terhadap krisis keuangan di perusahaan. Pertanyakan mengapa pelanggan meninggalkan produk atau jasa perusahaan Anda. Apakah karena standar kualitas produk atau jasa perusahaan mengalami penurunan? Apakah karena keluhan pelanggan tidak diselesaikan dengan baik? Apakah karena layanan pelanggan bermasalah? Apakah memang karena perusahaan gagal melakukan ekspansi pemasaran dimana jumlah pelanggan baru tidak ada peningkatan yang signifikan? Perusahaan bisa bertahan dengan melayani pelanggan lama secara prima serta mendapatkan pelanggan-pelanggan baru yang potensial. Segera temukan dimana masalah pemasaran yang paling krusial dan rumuskan strategi baru untuk mengatasinya.
Ketiga, area proses bisnis. Masalah dalam proses bisnis bisa banyak sekali. Pencapaian target produksi, pengiriman produk tepat waktu dan memenuhi standar kualitas, waktu yang diperlukan untuk perbaikan (maintenance), kesiapan peralatan atau teknologi, kemudahan transaksi, kecepatan dalam menangani keluhan pelanggan, dan masih banyak lainnya. Di sini kita harus bisa menemukan proses bisnis yang harus ditingkatkan (improvement). Seringkali masalah dalam proses bisnis membuat pelanggan kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan. Maka tidak ada jalan lain pemimpin harus bisa mendorong inovasi dan perubahan di dalam perusahaan. Memotivasi semua orang untuk menerapkan proses bisnis yang lebih lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat. Pikirkan apakah ada cara yang lebih baik dalam melakukan segalanya? Perbaiki prosedur dan percepat semua proses. Organisasi masa depan harus lebih dinamis.
Keempat, area sumber daya manusia. Aspek SDM adalah penentu produktivitas organisasi atau perusahaan. Banyaknya karyawan yang tidak produktif adalah penyebab perusahaan tidak bisa menggulirkan perubahan atau melakukan upaya akselerasi kinerja. Apakah SDM yang ada itu benar-benar berkontribusi maksimal terhadap perusahaan? Apakah kita memiliki cara untuk mengukur kontribusi karyawan? Apakah ada upaya konkrit untuk meningkat kinerja karyawan? Apakah sudah diterapkan sistem motivasi terbaik untuk mengembangkan karyawan? Apakah perusahaan kita terlalu gemuk sehingga beban perusahaan menjadi sangat berat? Apakah kita sudah melakukan rightsizing, memiliki jumlah SDM yang tepat dengan kebutuhan organisasi saat ini? Membiarkan masalah-masalah SDM akan berdampak buruk terhadap perusahaan. Segera terapkan strategi baru dalam manajemen SDM.
Bagi pemimpin terbaik, krisis adalah peluang untuk melakukan inovasi dan perubahan. Mereka menghadapi krisis secara proaktif, dengan sikap mental yang kuat. Mereka tidak menyerah menghadapi keadaan yang tidak ideal. Mereka mengajak timnya untuk memperbaiki setiap masalah yang ada secara bertahap, selangkah demi selangkah. Mereka optimis bisa melakukan perubahan secara fundamental dalam cara-cara berbisnis, sehingga terwujudlah organisasi atau perusahaan yang lebih sehat di masa mendatang. (Bambang Triyawan)