Tanpa perhatian yang cukup tidak akan ada hubungan yang akan bertahan lama. Makin sedikit Anda memberikan perhatian pada seseorang, makin renggang hubungan Anda dengan orang tersebut. Orang yang paling sedikit mendapat atensi dan perhatian dari kita adalah orang yang memiliki hubungan paling renggang dengan kita. Sekuat apapun ikatan hubungan yang telah terbangun dengan orang lain, tanpa perhatian yang memadai maka ikatan itu akan mengendur dan bahkan lepas.
Pemimpin yang memilih untuk tenggelam dalam pekerjaannya sendiri dan menjaga jarak dengan orang akan menuai hubungan yang lemah dengan timnya. Ini membuat mereka kehilangan kesempatan untuk memengaruhi. Orang membutuhkan hubungan yang cair dan dekat dengan pemimpinnya, apalagi tipikal pekerja masa kini. Mereka menyukai pemimpin yang bisa bergaul akrab dengan mereka dan memberikan perhatian yang memadai.
Saat memfasilitasi program coaching di sebuah bisnis perhotelan saya melihat ada kesenjangan hubungan antara direktur dengan tim manajernya. Direktur tidak memiliki jam kerja yang tetap sehingga agak sulit untuk ditemui dan saat ada di kantor pun lebih suka menenggelamkan dirinya di ruangan daripada berkomunikasi dengan para manajer. Hal ini berdampak pada lemahnya motivasi para manajer untuk menciptakan terobosan baru dalam hal kinerja. Kinerja berjalan secara datar saja. Sampai akhirnya saya sarankan pada direktur untuk mengubah pandangannya mengenai pentingnya sebuah hubungan yang akrab dengan tim intinya. Ia sepakat untuk menciptakan acara olahraga bersama dengan timnya setiap hari jumat dan ditutup dengan acara sarapan bersama. Dalam momen itu mereka saling berdiskusi dan terbangun kepercayaan yang lebih kuat satu sama lain. Saya melihat semua orang menjadi lebih bergairah dan bersemangat untuk bersinergi secara lebih dekat. Mereka akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi sebuah tim yang saling menguatkan, banyak target-target penting organisasi yang dapat mereka capai.
Bentuk-bentuk perhatian seperti apakah yang dapat kita berikan kepada setiap pihak yang berhubungan dengan kita di dalam organisasi? Sebenarnya dalam hubungan Anda tidak perlu melakukan hal-hal yang besar untuk memberikan perhatian. Dalam hubungan antar manusia, hal-hal kecil yang dilakukan secara tulus adalah hal-hal besar bagi orang lain. Yang terpenting adalah niat Anda yang tulus untuk menunjukkan kepedulian Anda pada orang lain.
Saya pernah bekerja dengan seorang manajer yang selalu menjenguk timnya yang sakit. Bila seseorang sakit lebih dari satu hari, pasti manajer ini akan menjenguknya apakah itu di rumah sakit ataupun di rumahnya. Bahkan ia siap mendatangi rumah karyawan yang berada di gang sempit sekalipun. Jangan tanya bagaimana loyalitas timnya terhadap dirinya, sangat luar biasa. Perhatian yang tulus adalah sentuhan lembut yang pasti akan membekas di hati orang.
Bentuk perhatian yang lebih signifikan mungkin adalah membantu orang untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka, apakah itu masalah pekerjaan, masalah dengan rekan kerja atau pihak eksternal, atau masalah-masalah pribadi yang masih dalam batas kewajaran untuk dibagi dengan pemimpin. Saya tidak menyarankan pemimpin untuk menyelesaikan masalah rumah tangga karyawan, karena bila masalahnya cukup kompleks memang seharusnya ditangani oleh ahlinya. Tapi masalah seperti terbelit utang, sulit mengatur keuangan pribadi, atau hubungan dengan anak, bisa menjadi bidang perhatian Anda. Kita tahu bahwa masalah-masalah seperti itu bisa memengaruhi kinerja seseorang di dalam organisasi atau perusahaan.
Bentuk-bentuk perhatian ini sangatlah banyak, saya tidak mungkin memaparkan contohnya satu persatu. Anda cukup mengamati keseharian seseorang seperti apa. Begitu Anda melihat ada peluang untuk memberikan perhatian, maka berikanlah perhatian itu. Selalu ada peluang untuk melakukan berbagai kebaikan kepada orang lain. Ada kekhawatiran yang ditanyakan oleh para pemimpin, bagaimana bila orang jadi meminta perhatian lebih secara terus-menerus? Tidak perlu khawatir, karena kita hanya melakukan sesuai dengan apa yang bisa kita berikan. Tidak perlu memaksakan diri, yang penting adalah keikhlasannya. (Bambang Triyawan)