Coach yang terpercaya mampu membina hubungan baik dengan coachee-nya. Hubungan yang harmonis menciptakan panggung atau latar yang kondusif bagi terlaksananya coaching yang menyenangkan dan jauh dari kekakuan atau ketegangan.
Model hubungan yang harus terbangun antara coach dan coachee adalah hubungan orang dewasa dengan orang dewasa, yaitu hubungan antara dua orang dewasa yang membentuk sebuah kemitraan. Model hubungan orangtua-anak atau senior dengan junior kurang efektif diterapkan dalam proses coaching. Bila coachee merasa sebagai junior maka ia akan ragu untuk bersikap terbuka atau merasa tidak nyaman untuk menyampaikan pendapatnya. Karena itu coach perlu mensejajarkan dirinya dengan coachee, dengan bertindak sebagai mitra kerja, bukan atasan yang kaku dan berjarak dengan timnya.
Hubungan yang harmonis membuka peluang untuk saling bekerjasama secara terbuka dan saling percaya satu sama lain. Kita perlu menginvestasikan waktu untuk membina hubungan baik dengan tim kita untuk meningkatkan efektivitas coaching yang akan kita lakukan di masa depan.
Seorang project manager dari sebuah perusahaan information technology yang sedang coba membina karyawan milenial mengungkapkan pada saya mengenai sulitnya membangun hubungan dengan generasi milenial. Generasi X harus belajar mendekati para milenial. Saya sarankan untuk lebih memperbanyak menghabiskan waktu bersama dalam suasana santai, misalkan dengan ngopi bersama sambil membicarakan berbagai hal. Generasi milenial menyukai pemimpin yang bisa diajak diskusi dan mampu beradaptasi dengan anak muda secara cair dan menyenangkan.
Pada dasarnya dalam hubungan antar manusia dengan generasi manapun, berlaku prinsip yang sama yaitu perlakukanlah orang sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Apakah Anda suka bila didengarkan dan dipahami oleh orang lain? Maka lakukanlah hal yang sama kepada orang lain. Apakah Anda suka diperhatikan dan dibantu orang lain saat merasa kesulitan? Maka bantulah dan perhatikan pula orang lain. Hubungan dapat terjalin dengan sangat baik saat kita menerapkan prinsip ini.
Membina hubungan memang tidak bisa dilakukan secara singkat. Hubungan harus terbangun baik bahkan di sepanjang kehidupan kita. Saya dan coachee saya tetap membangun hubungan baik meski program coaching telah berakhir 10 tahun yang lalu. Mengenal seseorang, pernah dekat dengannya, adalah suatu hal yang sangat bermakna dalam kehidupan kita. Kita tidak mudah melupakan momen bersama dengan orang-orang yang baik di sekeliling kita, apalagi kita pernah berada dalam satu ikatan pembinaan atau coaching.
Kualitas hubungan sangat penting dalam mendukung keberhasilan coaching, maka sebaiknya pemimpin atau coach tidak menunda penyelesaian konflik atau kesalahpahaman yang muncul dalam interaksi mereka. Sebaiknya kita segera berdamai dan kembali memperbaiki hubungan saat hubungan itu masuk ke dalam ketegangan. Karena coaching tidak bisa dilakukan secara efektif saat kita sedang bersitegang satu sama lain. Kita harus berbesar hati untuk meminta maaf dan memaafkan. Kadang-kadang orang lebih mendahulukan egonya masing-masing daripada mempertahankan hubungannya. Marilah kita mengalah untuk menang.
Coaching membutuhkan sinergisitas yang kuat antara coach dan coachee. Maka kita harus siap untuk mengenal orang secara lebih dekat. Cara yang paling mudah untuk melakukannya adalah dengan berusaha mendekati orang dengan cara-cara yang baik dan menyenangkan. Mari kita tingkatkan kualitas hubungan kita dengan mereka. Bila hubungan kita dengan coachee memang masih terasa renggang, inilah saatnya untuk memperbaikinya. Banyak pakar coaching mengatakan bahwa coaching akan meningkatkan hubungan antara pemimpin dengan timnya, saya mengatakan yang sebaliknya bahwa hubungan baiklah yang akan meningkatkan kualitas coaching kita. Hubungan baik adalah syarat untuk menjalankan coaching dengan efektif. (Bambang Triyawan)