Tujuan Materialistik

Banyak orang terjebak dalam tujuan yang bersifat materialistik. Mereka mengukur pencapaian tujuan hanya dengan apa-apa yang bisa mereka miliki. Mereka mengukur sukses dengan harta benda yang bisa mereka beli. Maka definisi sukses bagi mereka adalah hidup dengan kaya raya dengan harta melimpah. Lalu apa yang terjadi saat mereka tidak berhasil memiiliki apa yang mereka cita-citakan? Mereka memandang diri mereka telah gagal. Ini adalah penetapan tujuan pribadi yang sangat dangkal dan bahkan berbahaya. Kita bisa terjebak menjadi orang yang berorientasi materi. Ada uang kita akan bersemangat untuk bekerja dan bila tidak ada uang kita akan menurunkan kinerja. Wajar bila kita temukan banyak orang berkinerja rendah di perusahaan-perusahaan di Indonesia, SDM kita mungkin merasa digaji kecil sehingga merekapun tidak menunjukkan kinerja terbaik.

Pada tahun 1996 ada seorang motivator yang mengajari saya untuk membuat dreams atau visi masa depan. Dia meminta saya untuk membayangkan hal-hal yang saya ingin miliki dalam kehidupan ini, mencari gambarnya, dan menyimpan di album foto agar saya selalu bersemangat untuk mencapainya. Saat itu saya memilih gambar sebuah sedan BMW warna hitam seri 320i. Saya simpan gambarnya di sebuah album. Lumayan, dalam tiga bulan ada perubahan yang signifikan dalam performa saya. Saya bersemangat untuk memiliki BMW tersebut. Dua tahun saya bekerja keras dalam bisnis itu meski akhirnya mengalami kegagalan. Saya sempat mengalami down luar biasa, merasa gagal mencapai visi saya. Apakah kita bisa menyemangati diri kita dengan tujuan materialistik seperti itu? Lalu bagaimana bila kita gagal mencapainya, apakah kita akan menilai diri telah gagal total? 

Tujuan materialistik hanya fokus pada apa yang akan kita terima atau miliki bila sukses dalam mengerjakan sesuatu. Tidak mendapatkan apa yang kita ingin miliki akan membuat kita menurunkan performa bahkan meninggalkan upaya mencapai keberhasilan. Itulah mengapa kita melihat banyak orang tidak konsisten dalam bekerja, sangat mudah sekali menyerah. Mereka menyandarkan tujuannya pada hal-hal yang bersifat materialistik. Tujuan yang dangkal akan menghasilkan perjuangan yang lemah. Gaji yang kecil dan tunjangan yang seadanya seringkali melemahkan performa seseorang. Mereka tertipu dengan apa-apa yang mereka dapatkan hari ini.

Saya tidak menyarankan Anda untuk memiliki tujuan materialistik. Tujuan tersebut tidak akan membuat Anda memiliki motivasi yang kuat dalam bekerja. Tugas kita adalah mengerahkan upaya dan kinerja terbaik. Harta dan kekayaan itu adalah persoalan rezki, kita menerima apa yang telah ditetapkan Allah Yang Maha Kuasa. Bila tujuan kita hanya bersifat materialistik, maka berat bagi kita untuk memberikan kinerja di atas rata-rata, apalagi bila saat ini kita sedang tidak dibayar mahal untuk melakukannya. (Bambang Triyawan)

Facebook
Twitter
Email
Print
Bambang Triyawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *