Apakah kinerja organisasi Anda saat ini masih jauh dari harapan seluruh stakeholder? Apakah organisasi Anda saat ini sedang membutuhkan perubahan atau transformasi kinerja? Apakah kualitas dan kinerja SDM organisasi tidak sesuai dengan strategi organisasi ke depannya? Apakah ada kesenjangan antara strategi dengan eksekusi di semua lini organisasi? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mengantarkan Anda pada kesimpulan apakah organisasi Anda saat ini sudah membutuhkan budaya coaching atau belum.
Jika jawabannya adalah ya, maka organisasi Anda jelas sudah membutuhkan budaya coaching. Maka organisasi harus mempersiapkan program coaching untuk melakukan transformasi kinerja organisasi. Tanpa persiapan yang matang program coaching tidak akan berjalan efektif dalam jangka panjang.
Setiap berusaha menggulirkan perubahan di dalam organisasi akan selalu ada kekuatan penghambat yang mempersulit proses perubahan. Sebagian besar orang menolak perubahan karena merasa zona nyamannya terusik. Mereka menyukai status quo. Baik staf dan pimpinan seringkali antipati terhadap perubahan baru. Sedangkan organisasi membutuhkan perubahan jika ingin terus maju ke depan.
Keengganan untuk terus belajar adalah penyebab terbesar orang menolak perubahan. Para pemimpin dan manajemen harus membangun komitmen untuk selalu siap belajar. Dengan pemelajaran berkesinambungan kita selalu bisa beradaptasi dengan perubahan. Pemimpin yang terbiasa menggunakan gaya directing mungkin agak merasa berat saat harus melakukan coaching, dimana ia diminta untuk lebih mampu menggali kreativitas coachee dalam memecahkan masalah. Namun dengan latihan intensif para pemimpin bisa menguasai gaya coaching dalam memimpin.
Untuk menerapkan budaya coaching di dalam organisasi ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh organisasi.
Pertama, menyiapkan dukungan seluruh stakeholder. Untuk membuat program coaching berjalan sukses di organisasi penting sekali mendapatkan dukungan dari atas sampai bawah. Maka pastikan semua stakeholder memahami tujuan dari program coaching yang akan digulirkan.
Kedua, menyesuaikan dengan strategi organisasi. Coaching harus selaras dengan strategi organisasi. Strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Adakalanya organisasi belum memiliki strategi yang jelas, maka para pemimpin harus duduk bersama untuk merumuskan strategi. Jika strategi sudah jelas maka lebih mudah untuk membawa coaching ke arah pencapaian strategi organisasi.
Ketiga, menetapkan tujuan coaching. Organisasi harus menetapkan prioritas dan sasaran-sasaran terpenting organisasi yang hendak dicapai melalui coaching. Dengan tujuan coaching yang jelas maka hasil dari program coaching nantinya akan terkait lain dengan tujuan organisasi. Jadi coaching tidak boleh berjalan sendiri dengan mengabaikan tujuan organisasi.
Keempat, menetapkan tim yang akan terlibat dalam coaching. Siapa yang akan ditunjuk sebagai coach? Apakah di awal butuh external coach untuk membimbing? Siapa saja yang akan menjadi coachee? Dengan pemilihan para talent secara tepat akan membuat program coaching berjalan secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kelima, siapkan anggaran untuk investasi dalam program coaching. Organisasi harus menyiapkan anggaran khusus terutama untuk merekrut external coach. Biar bagaimanapun budaya coaching ini mungkin membutuhkan sentuhan seorang external coach di saat permulaan agar dapat berjalan dengan efektif.
Demikian beberapa persiapan yang harus disiapkan organisasi jika ingin menerapkan budaya coaching. Dengan persiapan yang baik akan meminimalisir kegagalan dalam menggulirkan program coaching di dalam organisasi. Berikutnya kita bisa fokus untuk mulai membangun kompetensi coaching para pemimpin. (Bambang Triyawan)