Mendengarkan berarti hanya menangkap vibrasi suara, memahami berarti mendengarkan dan memikirkan apa yang didengar. Untuk mendengarkan Anda cukup berada di depan seseorang, meski pikiran Anda sedang mengembara ke tempat lain. Untuk memahami Anda perlu mencurahkan perhatian, membuat penafsiran secara akurat sesuai dengan apa yang pihak lain katakan.
Untuk memahami dibutuhkan active listening. Dalam passive listening kita hanya seperti perekam suara, mencatat informasi yang diberikan. Dalam active listening kita “masuk” ke dalam benak si pembicara sedemikian rupa sehingga kita dapat memahami komunikasi tersebut dari sudut pandangnya. Sebagai pendengar aktif, kita berusaha memahami apa yang ingin dikomunikasikan oleh pembicara melebihi apa yang ingin kita pahami. Kita juga menunjukkan penerimaan atas apa yang dikatakan, mendengarkan secara obyektif tanpa menghakimi isinya. Dalam prosesnya kita ingin si pembicara menuntaskan pembicaraanya sehingga kita memahami perspektifnya secara utuh dan jelas. Sehingga tidak terjadi mispersepsi atau ketidaktepatan dalam memahami persepsi si pembicara.
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda gunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami pihak lain.
1. Lakukan kontak mata – saat kita tidak melakukan kontak mata dengan si pembicara maka mereka merasa kita tidak peduli dengan apa yang dikatakannya. Lakukan kontak mata secara cukup untuk menunjukkan bahwa Anda sedang fokus padanya.
2. Tunjukkan anggukan kepala untuk merespons apa yang mereka katakan – anggukan kepala dengan ekspresi wajah yang tepat menunjukkan bahwa Anda sedang mendengarkan dengan penuh perhatian.
3. Ajukan pertanyaan – pertanyaan dapat membantu kita untuk mengklarifikasi dan memastikan pemahaman Anda akan persepsi pihak lain. Pertanyaan yang diajukan juga semakin menunjukkan bahwa Anda memang benar-benar ingin memahami.
4. Ulangi dengan bahasa Anda sendiri – katakan kembali apa yang diucapkan oleh pembicara dengan kata-kata Anda sendiri. Frasa yang mungkin Anda bisa gunakan, “Yang saya pahami Anda tadi mengatakan bahwa …….” Tapi gunakan interpretasi Anda sendiri dalam mengungkapkan hal tersebut.
5. Hindari menginterupsi pembicara – biarkan pembicara menyelesaikan penjelasannya. Jangan coba-coba menebak arah pembicaraannya, apalagi sampai memotong kata-katanya. Ada saatnya pembicara akan berhenti.
6. Jangan mengoceh – ingat bahwa Anda sedang berusaha memahami pihak lain, jangan sampai Anda yang lebih banyak mengoceh dan mengatakan banyak hal yang membuat pembicaraan jadi kehilangan fokusnya.
7. Transisi yang mulus – ada saatnya Anda menjadi pendengar dan ada saatnya harus menjadi pembicara. Maka jadikan transisinya berjalan alami dan mulus. Pastikan Anda paham kapan timing-nya. Satu prinsip yang harus dipegang, saat orang masih ingin berbicara biasanya mereka belum siap untuk mendengarkan. Kita tidak bisa memberikan nasihat atau saran kepada orang yang tidak membutuhkannya.
Kemampuan memahami orang lain ini sangatlah penting, apalagi bagi pemimpin yang ingin berperan sebagai coach yang efektif bagi timnya. Keberhasilan coaching sangat dipengaruhi oleh kemampuan kita dalam memahami perspektif pihak lain. Saat solusi atau action plan dibuat tanpa memahami mindset dan perilaku timnya kemungkinan besar eksekusinya akan jauh dari harapan. (Bambang Triyawan)