Membuang Rasa Takut di Tempat Kerja

Halangan terbesar untuk menjadi orang yang lebih produktif adalah rasa takut. Rasa takut selalu menjadi musuh terbesar manusia. Potensi manusia banyak tidak berkembang karena rasa takut yang tak dapat dikendalikan. Mengurangi dan menghilangkan rasa takut adalah kunci untuk menjadi pribadi yang lebih bahagia dan produktif. Salah satu rekomendasi penting dari Deming, yang merombak pengendalian mutu ala Jepang pada tahun 1960-an dan 1970-an adalah “membuang rasa takut”.  Menurut beliau orang harus dibebaskan dari rasa takut untuk mencoba-coba hal baru, dan berani melakukan berbagai inovasi di dalam pekerjaannya. Saat orang diancam sedemikian rupa karena kesalahan kerja yang dilakukannya atau keputusan yang diambilnya, maka kita telah memadamkan kreativitas dan inovasi di dalam perusahaan. Orang akan banyak takutnya untuk mengambil suatu tindakan yang dipandangnya bisa mengubah situasi dan memacu kinerja.

Faktor terpenting untuk membuat tempat kerja yang lebih baik adalah KEPERCAYAAN. Kepercayaan itu tercermin dari sebuah prinsip, “Anda dapat berbuat kesalahan di tempat kerja tanpa harus merasa takut dikritik secara pedas atau dipecat.” Tatkala orang merasa bebas untuk menginovasi cara kerjanya demi mencapai berbagai target kinerja yang diharapkan, maka mereka akan bekerja dengan perhatian dan fokus yang lebih baik. Abraham Maslow menyebutkan bahwa aktualisasi diri sebagai sumber motivator terkuat bagi seorang manusia. Orang yang tertekan dengan berbagai aturan dan ancaman yang membuatnya tidak berkembang, tidak akan mampu menunjukkan kinerja terbaik.

Pemimpin dan perusahaan harus terus terus mentransformasikan organisasinya menjadi organisasi yang nyaman bagi semua orang, menjadi tempat kerja yang lebih menyenangkan. Bergerak dari ketidaknyamanan menuju kenyamanan. Tugas terpenting seorang pemimpin adalah membuang semua rasa takut timnya dalam bekerja. Pemimpin masa kini sudah lagi tidak tepat untuk menerapkan pendekatan otoriter, dimana setiap kesalahan akan diberikan hukuman yang seberat-beratnya. Cara-cara memimpin yang tidak dapat memaafkan kesalahan orang dalam bekerja membuat orang kehilangan spontanitas dan tidak berani dalam mengemukakan ide-ide kreatif dalam bekerja. Tanpa sadar pemimpin bisa begitu mengendalikan sampai orang tidak lagi bisa mengaktualisasikan diri mereka.

Rasa takut terbesar yang harus diperangi di dalam organisasi adalah rasa takut gagal. Orang tidak berani mencoba karena takut gagal. Mengapa orang takut gagal? Karena pengalaman membuktikan, bahwa kegagalan mendatangkan kritikan, ejekan, dan cemoohan dari pemimpin atau pihak lainnya. Seandainya pemimpin bersikap netral terhadap kegagalan, maka orang tidak lagi takut gagal. Pemimpin seharusnya terus mengomunikasikan kepada timnya, “Kamu bisa, kamu pasti bisa….” Kegagalan hanyalah bagian dari proses keberhasilan. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kita bisa berenang karena kita pernah tenggelam, kita bisa naik sepeda karena kita pernah jatuh berkali-kali. Kegagalan adalah paket bagi keberhasilan. Buat orang merasa tidak takut menghadapi kegagalan. Bahasakan kegagalan sebagai “pengalaman yang memberikan banyak pelajaran”. 

Jadilah pemimpin yang menghargai inisiatif, meski itu bukan inisiatif terbaik. Jadilah pemimpin yang menghargai upaya menerobos resiko tinggi, meski upaya itu masih belum memberikan hasil signifikan terhadap pencapaian target kinerja. Jadilah pemimpin yang mudah memaafkan kesalahan, buat kesalahan seperti tampak sederhana dan mudah diperbaiki. Buang kemarahan atau respons yang berlebihan dalam menyikapi suatu ketidakberesan, belajar menerima kesalahan dan kekurangan secara wajar. Semoga karyawan kita tidak lagi takut untuk berinisiatif.

Facebook
Twitter
Email
Print
Bambang Triyawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Insight